Selasa, 21 November 2017

Makalah Filsafat Ilmu dan Islam



FILSAFAT ILMU DAN ISLAM

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu Filsafat




 












Disusun Oleh:
Dafa Almas Trisnanda         (17107010073)


PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017

BAB I Pembuka

Kata Pengantar


            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah  ini dengan judul “Filsafat ilmu dan Islam” sebagai salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu, Prodi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
            Terselesaikannya makalah yang berjudul “ Filsafat Ilmu dan Islam ” ini tak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T.
2. Prof. Dr. Makhrus Munajad
3. Teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu
            Penulis menyadari adanya kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan dan perkembangan selanjutnya. Semoga makalah ini mendapat ridha dari Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.
                                                                          Sleman, 20 Oktober 2017



Latar Belakang


Filsafat ilmu merupakan pengembangan atau komplemen dari filsafat pengetahuan yang dikenal sebagai Theory of Knowledge atauErkennist Lehre (Jerman), ken leer (kennies theorie) Belanda. Sebagai cabang ilmu dari filsafat, maka filsafat ilmu mempunyai obyek sendiri, sehingga filsafat ilmu sering disebut dengan ilmu tentang ilmu pengetahuan.
      Mempelajari filsafat ilmu, sasaran yang dijadikan bahan kajian adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Seperti halnya ilmu yang mempunyai syarat-syarat tertentu untuk dapat disebut sebagai ilmu, maka dalam filsafat ilmu juga dilingkupi dengan prasyarat dimaksud . yaitu adanya objek formal. (Ali Mudhofir,1997, “Pengenalan Filsafat” makalah disampikan pada internship. Dosen-dosen Filsafat Ilmu Pengetahuan se-Indonesia, Fakultas Hukum UGM, Tanggal 21 September – 5 oktober 1997, UGM, Yogyakarta. Hlm.5)
      Sedangkan menurut Islam “ Filsafat, lewat metodologi –berpikirnya yang ketat, mengajari oang untuk meneliti, mendiskusikan, dan menguji kesahihan dan akuntabilitas setiap pemikiran dan gagasan-pendeknya, menjadikan kesemuanya itu bisa dipertanggungjawabkan secara intelektual dan ilmiah”.
      Dari penjelasan diatas itulah yang menjadi landasan sehingga filsafat menjadi dasar dari segala bidang ilmu terlepas dari sehi ilmu filsafatlah yang mempunyai peran penting dalam kemajuan ilmu yang ada dan para filsuf islam yang mengembangkan gagasan mereka disertai dengan interkoneksi dalam pngethuan Sains dan Al-Quran.
      Dalam makalah ini kita akan membahas mengenai filsafat ilmu dengan perkemabangan Islam karena di dalamnya Ilmu Islam juga memepunyai perna dalam Filsafat Ilmu dan akan membahas mengenai tokoh-tokoh filsuf Islam yang memajukan pengetahuan.



Daftar Isi

Table of Contents



Bab II
Pembahasan

Pengertian Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang telah di Arabkan, kata ini berasal dari dua kata “Philos” dan “Sophia” yang berarti mencintai pengetahuan. Orang yang pertama kali menggunakan kata “ Philoshop “ adalah Socrates. Socrates menggunakan kata ini karena dua alasan, pertama karena kerendahan hati Socrates, kedua karena di Yunani terdapat beberapa orang yang menganggap dirinya orang pandai (shopis).
    Filsafat merupakan hasrat kebijaksanaan pada diri manusia yang dihinggapi rasa kagum dan rasa heran.
    Berfilsafat mengajukan 4 pertanyaan unsur filsafat
·         Metafisika= Apa realitas puncak
·         Logika= Bagaimana kita memahami
·         Ontologi= Apa makna ada
·         Ilmu= Dimana garis batas pengetahuan

Pengertian Ilmu

Ilmu adalah pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis, dan koheren tentang suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas) dan dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut.
Sifat Ilmu
1.      Sesuatu yang diketahui
2.      Sesuatu yang dapat mengetahui sesuatu
3.      Pengetahuan yang mempunyai dasar
4.      Akumulasi pengetahuan yang sistematis





Landasan Filsafat Ilmu

Landasan filsafat ilmu ada 3, yaitu: Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
1.      Ontologi
Ontologi adalah pemikiran tentang terbentuknya ilmu atau sumber pengetahuan
Sifat Ontologi
·         Materialistik= Segala sesuatu berasal dari materi
·         Spiritualistik= Ilmu pengetahuan pada hakekatnya adalah spiritual
2.      Epistimologi
Teori yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan
3.      Aksiologi
·         Filsafat kesimpulan teori filsafat
·         Filsafat sebagai metode pemecahan masalah
·         Filsafat sebagai pandangan hidup

 

Sejarah Filsafat

Pada umumnya sejarah filsafat tidak terlepas dengan sejearah filsafat itu sendiri, khususnya filsafat barat. Perkembangan filsafat barat dibagi menjadi 4 (empat) periodesisasi yaitu: (a) Zaman Yunani Kuno, (b) Zaman Abad Pertengahan, (c) Zaman Abad Modern, dan Zaman Abad Kontemporer.
Zaman Yunani Kuno ini ada yang menyebutnya dengan zaman filosofi alam, sebab tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam. Dari mana terjadinya alam, itulah yang menjadi soal bagi para filosof saat itu. (Mohim Koesno, 1994, “Pemahaman dan Penggarapan Hukum Klasifikal Dalam Kalangan Praktik dan Teori Hukum Kita Dewasa Ini”, Penerbit Angkasa, Bandung,: 17).
Zaman Abad Pertengahan (6-16 M), juga disebut dengan zaman kejayaan Kristiani (gereja). Ciri pemikiran pada zamna ini disebut tesentris, oleh karena para filsofnya memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama krtistiani. Filosof yang terkenal pada abad ini yaitu, Agustinus dan Thomas Aquinas (Jurnal Penelitian Ilmu Hukum , Vol 7 No.2, Mei-Agustus 2013, Khaidir Anwar)
Zaman abad modern, pada zaman ini ciri pemikiran filsafatnya adalah Antroposentris. Para filsof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisa filsafat. Peralaihan dari abad pertengahan ke abad modern ditandai dengan suatu era yang disebut Renaissans. Dalam era renaisans ini, perhatian diarahkan pada bidang seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat , ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada era ini kembali pada kebebasan manusia yang bebas dalam berfikir dan beragsur-angsur meninggalkan otoritas gereja yang selama ini mengandung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu pengetahuan. Pendobrakan terhadap kegelapan dan pembeleguan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan inilah yang menyebabkan era ini disebut masa kecerahan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. (Jujun S. Suriasumantri, 1990, “Filsafat Ilmu sebuah Pengantar Populer”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm. 68. Periksa juga Wasito Poespoprojo, 1987, “Intepretasi”, Remaja Karya, Bandung: 20)
Zaman Abad Kontemporer , pada zaman ini disebut logosentris, artinya teks yang menjadi tema sentral diskursus para filsuf. Tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang bahasa. (K. Bertens, 1983,”Filsafat Barat Abad XX”, Gramedia, Jakarta, Hlm. 17)
Filsafat islam timbul sesudah umat Islam bertemu dan mengenal kebudayaan Yunani, Persia dan Mesir, terutama sesudah adanya terjemahan buku-buku filsafat ke dalam bahasa Arab pada zaman khalifah Abbasiyah. Pemikiran-pemikiran kefilsafatan dalam Islam sebagian besar membicarakan persoalan-persoalan yang berhubungan dengan hakikat penciptaan manusia, roh, jiwa, hari kiamat, penciptaan alam semesta dan sebagainya. (Tim Penulis Ensiklopedia Islam, 1997: 257-258).
Periodedisasi sejarah dan kebudayaan islam, anatara lain: Periode Klasik (650-1250M), Periode Pertengahan (1250-1800M), Periode Modern (1800-sekarang). Periode Klasik, islam pada masa ini mengalami kejayaan yang terwujud dengan kemajuan berbagai bidang imu pengetahuan dan teknologi. Periode pertengahan, Islam pada masa ini mengalami kemunduran dan Islam dalam kondisi porak poranda, islam terpisah menjadi beberapa kerajaan yaitu, Usmani, Safawai, dan Mogul.
Periode Modern, islam pada masa ini bangkit lagi, masa periode ini dikenal sebagai zaman kebangkitan Islam yang dibuktikan dengan adanya kesadaran umat Islam terhadap kelemahan dan kekurangannya.(Filsafat Islam Abad Tengah Modern Kontemporer, Dra. Hj. Widyastini, M.Hum: 1-2)

 

Filsafat Islam

Pada dasarnya filsafat islam itu sama dengan filsafat lain, namun karena berkembang di negara Islam, dan dengan bahasa arab, sehingga menimbulkan persoalan tentang nama, apakah filsafat islam atau filsafat arab. 
         Kalam dan filsafat, ada perbedaan, yaitu jika kalam tujuannya tauhid, dengan dalil al-Qur’an dan hadist yang diterangkan oleh teori-teori filsafat sedangkan filsafat islam menitik beratkan ada filsafat itu sendiri, dan tujuannya memahami kebenaran yang sebenarnya dengan rasio.
       Pada kegiatan filsafat perode mutakalimin, setelah munculnya aliran-aliran, yang bercorak filsafat dan menjadi pembahasan filsafat islam yaitu Mu’tazilah dengan Ahlussunnah wal Jama’ah.
         Pada berbagai aliran dan corak pemikiran pada abad permulaan islam, banyak sekali aliran-aliran yaitu, Syi’ah, Khawarij, Murjiah, Qodariyah, dan Jabariyah.
       Mu’tazilah, memiliki lima prinsip yaitu al- Ushuulul Hamsah, yang terdiri dari at-Tauhid (peniadaan sifat-sifat Tuhan), al-‘Adli (keadilan Tuhan), al-Wa’du wal-Wa’ied (janji dan ancaman), al-Manzila baina Manzilataini (posisi menengah diantara dua tempat), dan al-Amru bil Ma’ruf wan-Nahyu ‘Anil Mungkar (memerintah untuk berbuat baik dan mencegah untuk berbuat jahat).
           Sedangkan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah didalam alirannya terdapat corak pemikiran islam, yaitu kaum Asy’ariyah dan kaum Maturidiyah. Diantara keduanya terdapat berpedaan dalam persoalan-persoalan, yaitu seperti berikut:
1. Tentang mengetahui Allah di akhirat
2. Tentang sifat baik dan buruk dalam perbuatan
3. Tentang perbuatan-perbuatan manusia
4. Tentang janji dan ancaman
5. Tentang antro pomorfisme.
        Sedangkan terdapat prinsip yang disepakati keduanya dalam menentang Mu’tazilah yaitu tentang sifat-sifat Tuhan, Al-Qur’an, dan dosa besar.



 

Tokoh-Tokoh Filsafat Islam

1. Al-Kindi. 
        Filsafat baginya yaitu pengetahuan tentang benar (knowledge of truth). Menurut al-Kindi ada persamaan antar filsafat dan agama. Menurut pendapatnya tentang ketuhana (metafisika) bahwasanya alam itu baru, karena ada pemulaan waktunya. Sedangkan etika menurut Beliau yaitu tabiat manusia itu baik tetapi ia selalu digoda oleh nafsu sehingga terjadi konflik.
2. Ar-Rozi
         Menurut pendapatnya akal itu diberikan kepada manusia merupakan anugerah terbesar. Tetapi dalam pemahamannya tentang nabi dan wahyu, Ia mengingkari karena dianggap sebagai sumber kekacauan bagi manusia yang telah membawa ajaran yang berbeda.Ia lebih mengutamakan buku-buku filsafat daripada buku-buku agama.
3. Al-Farabi
         Filsafat yang terkenal dari al-Farabi yaitu teori emanasi, yaitu Tuhan berfikir tentang dirinya dan menghasilkan sesuatu atau wujud yang kedua dan seterusnya. Tuhan merupakan (wujudul awwal). 
           Kenabian menurut pendapatnya yaitu, nabi atau Rasul itu mendapat wahyu karena mempunyai kesanggupan untuk berkomunikasi dengan wujud kesepuluh, dan itu juga atas anugerah Tuhan dalam emajinasi.
4. Ibnu Sina
        Kitab-kitabnya yang menonjol antara lain yaitu: metafisika, ketuhanan, emanasi, mistik, dan jiwa.
        Menurutnya metafisika yaitu memandang “yang ada” sejauh itu ada, mengarah untuk mengetahui seluruh kenyataan dan dapat dicapai manusia.”Yang ada” ini ada tiga: wajib ada karena zat-Nya, wajib ada karena yang lainnya, dan mungkin ada karena yang lainnya.
Sedangkan teorinya tentang teori emanasi yaitu, pelimpahan terjadi karena adanya tiga kekuatan berfikir. Akal pertama memunyai dua sifat dan masing-masing akal sebagai pancaran dari Allah mempunyai tiga obyek pemikiran sekaligus.
5. Al-Ghozali
        Karyanya yang terkenal yaitu Ihya’ ’uluumuddin yaitu tentang menghidupkan kembali ilmu-ilmu keagamaan. 

Ia membenarkan pemikiran-pemikiran filsafat terdahulu, yaitu ada tiga: 
1) Tentang akal yang kekal dalam arti tidak bermula, sedangkan menurul al-Ghazali Tuhan lebih dulu adanya daripada alam dan zaman.
2) Tentang ilmu Tuhan terhadap hal-hal kecil
Al-Ghozali berpendapat bahwa ilmu merupakan tambahan zat artinya lain daripada zat.
3) Tentang kebangkitan jasmani
 Pendapat Al-Ghozali yaitu kembalinya zat (organ), badan manusia, sehingga memungkinkan manusia merasakan kebhagiaan jasmani, jika belum dikembalikan maka belum disebut  dibangkitkan.
6. Ibnu Bajjah
          Menurut pendapat Ibnu Bajjah seseorang yang dapat mencapai puncak ma’rifat jika ia telah melepaskan diri dari keburukan-keburukan pikiran sedangkan menurut al-Ghozali ilmu pengetahuan itu dari liham. Dan juga ibnu Bajjah berpendapat bahwa etika atau akhlak itu dilihat dari motif atau niatnya, yaitu perbuatan yang timbul karena naluri hewani dan perbuatan yang timbul dari naluri manusiawi.
7. Ibnu Rusyd
        Ibnu Rusyd sependapat dengan aristoteles bahwa Tuhan hanya mengetahui yang kecil-kecing saja, dengan alasan Tuhan sebagai penggerak yang merupakan akal murni, sehingga yang diketahui hanya zat yang seimbang. Ibnu Rusyd juga menjelaskan tentang amal perbuatan Tuhan, keazalian alam, dan akal universal.
      Filsafat pasca Ibnu Rusyd, setelah wafatnya beliau, ilmu filsafat tidak lagi dikembangkan, walaupun ada tokoh-tokoh seperti, Ibnu Hazmin, Ibnu Taymiyah, Abdul Wahab, dan Ibnu Kaldun, meskipun mereka sudah tidak diragukan kembali ilmu pengetahuannya, tetapi mereka bukanlah seorang filosof, bahkan mereka menentangnya.





Tujuan Filsafat Islam

Para filosof Islam berpandangan bahwa tujuan filsafat Islam adalah berupaya mempertemukan dan memadukan akal pikiran manusia dengan wahyu yang berasal dari Allah karena baik filsafat maupun agama bertujuan untuk mewujudkan kebhagiaan melalui keyakinan yang benar dan perbuatan yang baik.
 Mereka juga berpendapat bahwa pemabahasan pokok agama dan filsafat adalah sama, sebab membahas tentang hakikat segala sesuatu. Hal ini berbeda dengan pendapat para ulama agar yang pada umumnya demikian tidak bersahabat dengan filsafat (Hanafi, 1988: 31-32)
Ilmu filsafat juga memiliki perna penting dalam Pendidikan Islam karena membahas filsafat Pendidikan Islam juga akan berfokus pada filsafat apa yang merupakan inti dari setiap elemen teoritis dan praktis dari semua aspek dan pengetahuan. Pembahasan Filsafat pada Pendidikan Islam juga perlu dipahami agar dengan bijak mengaitkannya dengan sekitar dan juga penerapan nya Filsafat Pendidikan Islam penting dalam melihat masalah sosial. ( Science Direct , Aminuddin Hassan , Asnawati Sugi, dkk , March 24 2010)
Aspek Filsafat Islam
·        Filsafat Politik Islam
Menurut fakta sejarah permasalahan yang pertama muncul dalam Islam, bukanlah tentang keyakinan, namum justru mengenai politik. Rasulullah saw ketika mulai menyebarkan agama Islam di Mekkah belum dapat mewujudkan suatu masyrakat yang kokoh dan mandiri, namun ketika Rasulullah menjadi pimpinan dalam masyarakat yang dibentuk tersebut, akhirnya menjadi suatu negara dan sampai Rasulullah saw wafat daerah kekuasaanya melingkupi seluruh jazirah Arabia. Rasulullah saw di Madinah tidak hanya berkedudukan sebagai Rasul Allah, namun juga sebagai Kepala Negara (Nasution, 1978:92)
Raslulullah saw diganti oleh orang lain untuk menimpa umat (agama) setelah beliau wafat, tetapi sebagai Rasul sudah pasti tidak digantikan oleh siapapun. Rasulullah saw digaanti oleh Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama, kemudian sesudah Abu Bakar wafat digantikan dengan Umar Bin Khattab dan kemudian setelah Umar Bin Khattab digantikan oleh Utsman Bin Affan. (Nasution, 1978 : 92
            Para sahabat rasulullah saw yang diangkat sebagai Khalifah merupakan fakta sejarah dan jelas cara yang digunakan adalah lebih sesuai digolongkan dalam sistem pengangkatan Pemerintahan Demokrasi (Nasution, 1978: 96).
            Filsafat politik Islam sebagai kaidah yang mutlak menolak ide pembagian politik yang mewakili kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan yang berebut kekuasaan dalam perkembangan demokrasi (Boisard, 1980: 369). Negara yang didirikan sesuai dengan teori politik Islam, pada hakikatnya merupakan satu perwakilan umat manusia di bawah kedaulatan Allah dan harus tujuan dan maksud Allah dengan berkarya di bumi Allah dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh-Nya dan sesuai ajaran-ajaran-Nya (Al Maududi, 1983: 53).
·        Filsafat sosial Islam
Masyarakat Islam berpusat pada manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi yaang bertanggungjawab sebagai yang anggotanya masing-masing memiliki bagian di dalam Khilafah. Setiap orang dalam masyarakat Islam dapat menikmati hak-hak dan kedudukan yang sama sebagai wakil Allah di muka bumi, tidak ada seorangpun melebihi lainnya (Al Maududi, 1983:52-53).
            Prinsip-prinsip filsafat sosial Islam berdasarkan pada keyakinan bahwa seluru umat manusia adalah sama dan berwujud satu persaudaraan (Ukhuwah Islamiah). Allah menciptakan seorang manusia sebagai awal dari kehidupan di bumi dan seluruh umat manusia yang ada di bumi berasal dari pasangan tersebut. Keturunan dari pasangan tersebut padaawalnya adalah satu kelompok yang memiliki satu agama dan berkomunikasi dengan satu bahasa tanpa adanya perbedaan di kalangan mereka. Seluruh perbedaan ini merupakan kehendak Allah, karena mereka tetap ada dalam alam dunia. Oleh karena itu Islam mengakui mereka sebagai satu realitas (kenyataan)(Al Maududi, 1983: 62-63).
Konsep persaudaraan dan persamaan menurut ajaran Islam dapat di tambahkan, bahwa apabila terdapat perbedaan diantara sesama manusia tidak terdapat pada suku, bangsa, keturunan, negara, bangsa dan bahasa, tetapi justru terdapat pada cita-cita keyakinan-keyakinan, dan asas-asas (Al-Maududi, 1983: 63).
          Dua orang anak dari ibu yang sama, meskipun mereka berasal dari satu keturunan, pasti akan menempuh kehidupan yang berbeda, hal ini dapat terjadi apabila keyakinan dan perilaku mereka berbeda satu dengan yang lainnya. Islam bertujuan akan mewujudkan se-masyarakat satu aqidah dan satu cita-cita.
            Manusia berupaya dalam masyrakat yang tidak berdasarkan pada kelahiran, namun satu keyakinan, satu iman dan satu prinsip moral dan siapa saja, asalkan ia yakin kepada Allah sebagi Rabbul-Alamin (Pencipta Alam Semesta) dan meyakini Rasulullah saw sebagai Nabi dan Rasul pentup (Al–Maududi, 1983:64).
            Kedudukan sosial juga akan berbeda satu sama lain, meskipun mereka akan mengikat kebersamaan dalam keluraga umat manusia. Masyarkat Islam menunjukan kepada masyarakat non Islam berupa hak sosial dan kebudayaan semaksimal mungkin dapat diberikan berdasarakan ikatan kebersamaan umat manusia (Al-Maududi,1983: 65).
·        Filsafat Etika Islam
          Islam mengajarkan bahwa ilmu akhlak atau etika Islam adalah suatu ilmu pengethuanyang mengajarkan baik dan buruk, suatu ilmu pengetahuan yang mengajarkan baik dan buruk, berdasarkan ajaran Allah dalam Al-Quran dan Rassulullah saw dalam sunnahnya. Etika Islam berbeda dengan etika filsafay, hal ini dikarenakan:
a)      Etika islam menjarkan untuk mendekatkan kepada yang baik dan menjauhkan dari yang buruk.
b)      Etika islam menegaskan bahwa sumber moral baik dan buruknya perbuatan berpedoman pada Al-Quran dan Rasulullah saw (As-Sunnah)
c)      Etika Islam memiliki sifat universal dan kompeherensif
d)     Etika Islam berdasarkan pada fitrah (naluri) dan akal pikiranmanusia.
e)      Etika Islam membimbing dan mengajak umat manusia agar berakhlak mulia dan berusaha meluruskan perilaku manusia dengan berdasarkan pada petunjuk Allah SWT.
Ibnu Miskawih dikenal sebagai Bapak Etika Islam dan juga mendapat gelar Guru Ketiga (Al Muallim Ats Tsalits), sedang Al Farabi sebagai Guru Kedua (Al Muallim Ats Tsani) dan Aristoteles sebagai Guru Pertama (Al Muallim Al Awwal).
Teori Ibnu Miskawaih tentang etika secara terinci ditulis dalam kitab Tahdzib al Akhlaq wa Tathir al A’raq (Pendidikan dan Pembersihan Watak). Etika Ibnu Miskawaih bersumber pada filsafat Yunani, Perabadaban Persi, ajaran Syari’at Islam pengalaman pribadi.
Teori etika Ibnu Miskawiah beberapa pengaruh: Plato, Aristoteles, dan Galinus. Ibnu Miskawiah berupaya memadukan ajaran Islam dengan teori-teori etika dalam filsafat, sesudah memadukan berbagai macam teori etika dalam filsafat (Basyri, 1983: 14-15).
Ibnu Miskawiah dalam memberikan pengertian etika Islam mengatakan bahwa etika Islam (akhlaq) bentuk jama’ dari kata khuluq yang berarti perikeadaan jiwa mengajak untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan perhitungan dengan kata lain khuluq adalah perihal kejiwaan yang mendorong lahirnya perbuatan-perbuatan secara spontan. Perikeadaan jiwa tersebut terwujud pembawaan fitrah manusia semenjak lahir dan hasil latihan membiasakan diri (Basyir, 1983: 15-16).
Al-Quran mengajarkan bahwa orang yang beriman tidak akan dapat dipercaya sebelum diuji melaui perbuatan dan sesudah berhasil menyatakan kesetiaan pada keyakinannya. Keyakinan kepada dohma atau keajaiban tidak akan dapat mengangkat manusia dari derajat yang lebih rendah, demikian pula keselamatan tidak didapat hanya dengan cara menerima dogma tersebut. (Abdul Hakim, 1986:219).
Islam seperti agama-agama yang lain, menentukan pendidikan spiritual dan moral hal ini sesungguhnya letak intisari sesuatu agama. Intisari ajaran agama Islam berkisar pada masalah baik dan buruk, perbuatan yang buruk akan membawa kepada kesengsaraan, sedang perbuatan yang baik akan membawa ketentraman dan kebahagiaan. Tujuan dasar ajaran agama Islam adalah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk dan mendorong untuk melaksanakan perbuatan-perbuatan baik. (Nasuition, 1978: 51-54).
·         Filsafat Tasawuf Islam
            Tasawuf adalah istilah khusus yang digunakan untuk menggambarkan mistisisme dalam Islam. Tujuan mistisisme adalah memperoleh hubungan langsung dengan Allah. Intisari misitisisme termasuk di dalam tasawuf adalah kesadaran terhadap adanaya komunikasi dan dialog antara manusia dengan Allah dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran tersebut kemudian berujud perasaan demikian dekat dengan Allah, isitilah dalam bahasa Arab yaitu, Al Attihad, sedang istilah dalam bahasa Inggris mystical  union (Nasution, 1979:71).
            Tasawuf adalah salah satu cabang filsafat Islam, pada awalnya bertujuan melakukan zuhud dari dunia fana, namun oleh karena kebanyakan terkait dengan bangsa dan negara lain., maka tidak terasa memperoleh pengaruh kehidupan duniawi Tasawuf bukanlah ajaran agama.







BAB III Penutup


 

 

Kesimpulan


Baik Filsafat Ilmu maupun Filsafat Islam keduanya sama-sama menggunakan dasar pemikiran manusia terhadap sesuatu hal yang dijadikan bahan pemikiran yang menyebabkan orang yang berpikir tersebut menjadi heran dan kagum akan sesuatu yang dipikirkannya sehingga orang tersebut akan berfilosof.

 

 

Daftar Pustaka


1. Dahri Tiam,Sunardji.2015. Historiografi Filsafat Islam.Malang:Intrans Publishing
2. Widyastini.2007.Filsafat Islam Abad Tengah Modren Kontemporer. Yogyakarta: Badan Penerbit Filsafat UGM
3. Buku catatan mata kuliah Filsafat Ilmu, Dafa Almas Trisnanda




Tidak ada komentar:

Posting Komentar