FILSAFAT ILMU DAN ISLAM
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ilmu
Filsafat
![]() |
Disusun Oleh:
Dafa
Almas Trisnanda (17107010073)
PRODI PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN HUMANIORA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2017
BAB I Pembuka
Kata Pengantar
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas makalah ini dengan judul “Filsafat ilmu dan Islam”
sebagai salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu, Prodi Psikologi, Fakultas
Ilmu Sosial dan Humaniora,UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Terselesaikannya
makalah yang berjudul “ Filsafat Ilmu dan Islam ” ini tak lepas dari dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah S.W.T.
2. Prof. Dr. Makhrus
Munajad
3. Teman-teman yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu
Penulis menyadari adanya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak demi kesempurnaan dan perkembangan selanjutnya. Semoga
makalah ini mendapat ridha dari Allah SWT dan bermanfaat bagi kita semua.
Sleman, 20 Oktober 2017
Latar Belakang
Filsafat
ilmu merupakan pengembangan atau komplemen dari filsafat pengetahuan yang
dikenal sebagai Theory of Knowledge
atauErkennist Lehre (Jerman), ken leer (kennies theorie) Belanda. Sebagai
cabang ilmu dari filsafat, maka filsafat ilmu mempunyai obyek sendiri, sehingga
filsafat ilmu sering disebut dengan ilmu tentang ilmu pengetahuan.
Mempelajari filsafat ilmu, sasaran yang dijadikan bahan kajian
adalah ilmu pengetahuan itu sendiri. Seperti halnya ilmu yang mempunyai
syarat-syarat tertentu untuk dapat disebut sebagai ilmu, maka dalam filsafat
ilmu juga dilingkupi dengan prasyarat dimaksud . yaitu adanya objek formal.
(Ali Mudhofir,1997, “Pengenalan Filsafat”
makalah disampikan pada internship. Dosen-dosen Filsafat Ilmu Pengetahuan
se-Indonesia, Fakultas Hukum UGM, Tanggal 21 September – 5 oktober 1997, UGM,
Yogyakarta. Hlm.5)
Sedangkan menurut Islam “ Filsafat, lewat metodologi
–berpikirnya yang ketat, mengajari oang untuk meneliti, mendiskusikan, dan
menguji kesahihan dan akuntabilitas setiap pemikiran dan gagasan-pendeknya,
menjadikan kesemuanya itu bisa dipertanggungjawabkan secara intelektual dan ilmiah”.
Dari penjelasan diatas itulah yang menjadi landasan sehingga
filsafat menjadi dasar dari segala bidang ilmu terlepas dari sehi ilmu
filsafatlah yang mempunyai peran penting dalam kemajuan ilmu yang ada dan para
filsuf islam yang mengembangkan gagasan mereka disertai dengan interkoneksi
dalam pngethuan Sains dan Al-Quran.
Dalam
makalah ini kita akan membahas mengenai filsafat ilmu dengan perkemabangan
Islam karena di dalamnya Ilmu Islam juga memepunyai perna dalam Filsafat Ilmu
dan akan membahas mengenai tokoh-tokoh filsuf Islam yang memajukan pengetahuan.
Daftar Isi
Table of Contents
Bab II
Pembahasan
Pengertian Filsafat
Filsafat
berasal dari bahasa Yunani yang telah di Arabkan, kata ini berasal dari dua
kata “Philos” dan “Sophia” yang berarti mencintai pengetahuan. Orang yang
pertama kali menggunakan kata “ Philoshop “ adalah Socrates. Socrates
menggunakan kata ini karena dua alasan, pertama karena kerendahan hati
Socrates, kedua karena di Yunani terdapat beberapa orang yang menganggap
dirinya orang pandai (shopis).
Filsafat merupakan hasrat kebijaksanaan pada diri manusia yang
dihinggapi rasa kagum dan rasa heran.
Berfilsafat mengajukan 4 pertanyaan unsur filsafat
·
Metafisika= Apa
realitas puncak
·
Logika=
Bagaimana kita memahami
·
Ontologi= Apa
makna ada
·
Ilmu= Dimana
garis batas pengetahuan
Pengertian Ilmu
Ilmu
adalah pengetahuan yang disusun secara metodis, sistematis, dan koheren tentang
suatu bidang tertentu dari kenyataan (realitas) dan dapat digunakan untuk
menerangkan gejala-gejala tertentu dibidang (pengetahuan) tersebut.
Sifat
Ilmu
1.
Sesuatu
yang diketahui
2.
Sesuatu
yang dapat mengetahui sesuatu
3.
Pengetahuan
yang mempunyai dasar
4.
Akumulasi
pengetahuan yang sistematis
Landasan Filsafat Ilmu
Landasan
filsafat ilmu ada 3, yaitu: Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi
1.
Ontologi
Ontologi adalah pemikiran tentang terbentuknya ilmu atau sumber
pengetahuan
Sifat Ontologi
·
Materialistik=
Segala sesuatu berasal dari materi
·
Spiritualistik=
Ilmu pengetahuan pada hakekatnya adalah spiritual
2.
Epistimologi
Teori yang membicarakan cara memperoleh pengetahuan
3.
Aksiologi
·
Filsafat
kesimpulan teori filsafat
·
Filsafat
sebagai metode pemecahan masalah
·
Filsafat
sebagai pandangan hidup
Sejarah Filsafat
Pada
umumnya sejarah filsafat tidak terlepas dengan sejearah filsafat itu sendiri,
khususnya filsafat barat. Perkembangan filsafat barat dibagi menjadi 4 (empat)
periodesisasi yaitu: (a) Zaman Yunani Kuno, (b) Zaman Abad Pertengahan, (c)
Zaman Abad Modern, dan Zaman Abad Kontemporer.
Zaman
Yunani Kuno ini ada yang menyebutnya dengan zaman filosofi alam, sebab tujuan
filosofi mereka adalah memikirkan soal alam. Dari mana terjadinya alam, itulah
yang menjadi soal bagi para filosof saat itu. (Mohim Koesno, 1994, “Pemahaman dan Penggarapan Hukum Klasifikal Dalam
Kalangan Praktik dan Teori Hukum Kita Dewasa Ini”, Penerbit Angkasa, Bandung,: 17).
Zaman
Abad Pertengahan (6-16 M), juga disebut dengan zaman kejayaan Kristiani
(gereja). Ciri pemikiran pada zamna ini disebut tesentris, oleh karena para
filsofnya memakai pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma-dogma agama
krtistiani. Filosof yang terkenal pada abad ini yaitu, Agustinus dan Thomas
Aquinas (Jurnal Penelitian Ilmu Hukum ,
Vol 7 No.2, Mei-Agustus 2013, Khaidir Anwar)
Zaman
abad modern, pada zaman ini ciri pemikiran filsafatnya adalah Antroposentris.
Para filsof zaman ini menjadikan manusia sebagai pusat analisa filsafat.
Peralaihan dari abad pertengahan ke abad modern ditandai dengan suatu era yang
disebut Renaissans. Dalam era renaisans ini, perhatian diarahkan pada bidang
seni lukis, patung, arsitektur, musik, sastra, filsafat , ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada era ini kembali pada kebebasan manusia yang bebas dalam
berfikir dan beragsur-angsur meninggalkan otoritas gereja yang selama ini
mengandung kebebasan dalam mengemukakan kebenaran filsafat dan ilmu
pengetahuan. Pendobrakan terhadap kegelapan dan pembeleguan terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan inilah yang menyebabkan era ini disebut masa
kecerahan bagi perkembangan ilmu pengetahuan. (Jujun S. Suriasumantri, 1990, “Filsafat Ilmu sebuah Pengantar
Populer”, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, Hlm. 68. Periksa juga Wasito
Poespoprojo, 1987, “Intepretasi”, Remaja Karya, Bandung: 20)
Zaman
Abad Kontemporer , pada zaman ini disebut logosentris, artinya teks yang
menjadi tema sentral diskursus para filsuf. Tema yang menguasai refleksi
filosofis dalam abad ke-20 ini adalah pemikiran tentang bahasa. (K. Bertens, 1983,”Filsafat Barat Abad XX”,
Gramedia, Jakarta, Hlm. 17)
Filsafat
islam timbul sesudah umat Islam bertemu dan mengenal kebudayaan Yunani, Persia
dan Mesir, terutama sesudah adanya terjemahan buku-buku filsafat ke dalam
bahasa Arab pada zaman khalifah Abbasiyah. Pemikiran-pemikiran kefilsafatan
dalam Islam sebagian besar membicarakan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan hakikat penciptaan manusia, roh, jiwa, hari kiamat, penciptaan alam
semesta dan sebagainya. (Tim Penulis
Ensiklopedia Islam, 1997: 257-258).
Periodedisasi
sejarah dan kebudayaan islam, anatara lain: Periode Klasik (650-1250M), Periode
Pertengahan (1250-1800M), Periode Modern (1800-sekarang). Periode Klasik, islam
pada masa ini mengalami kejayaan yang terwujud dengan kemajuan berbagai bidang
imu pengetahuan dan teknologi. Periode pertengahan, Islam pada masa ini
mengalami kemunduran dan Islam dalam kondisi porak poranda, islam terpisah
menjadi beberapa kerajaan yaitu, Usmani, Safawai, dan Mogul.
Periode
Modern, islam pada masa ini bangkit lagi, masa periode ini dikenal sebagai
zaman kebangkitan Islam yang dibuktikan dengan adanya kesadaran umat Islam
terhadap kelemahan dan kekurangannya.(Filsafat
Islam Abad Tengah Modern Kontemporer, Dra. Hj. Widyastini, M.Hum: 1-2)
Filsafat Islam
Pada dasarnya filsafat islam itu sama dengan filsafat
lain, namun karena berkembang di negara Islam, dan dengan bahasa arab, sehingga
menimbulkan persoalan tentang nama, apakah filsafat islam atau filsafat
arab.
Kalam dan filsafat, ada perbedaan, yaitu jika kalam
tujuannya tauhid, dengan dalil al-Qur’an dan hadist yang diterangkan oleh
teori-teori filsafat sedangkan filsafat islam menitik beratkan ada filsafat itu
sendiri, dan tujuannya memahami kebenaran yang sebenarnya dengan rasio.
Pada kegiatan filsafat perode mutakalimin, setelah
munculnya aliran-aliran, yang bercorak filsafat dan menjadi pembahasan filsafat
islam yaitu Mu’tazilah dengan Ahlussunnah wal Jama’ah.
Pada berbagai aliran dan corak pemikiran pada abad
permulaan islam, banyak sekali aliran-aliran yaitu, Syi’ah, Khawarij, Murjiah,
Qodariyah, dan Jabariyah.
Mu’tazilah, memiliki lima prinsip yaitu al- Ushuulul
Hamsah, yang terdiri dari at-Tauhid (peniadaan sifat-sifat Tuhan), al-‘Adli
(keadilan Tuhan), al-Wa’du wal-Wa’ied (janji dan ancaman), al-Manzila baina
Manzilataini (posisi menengah diantara dua tempat), dan al-Amru bil Ma’ruf
wan-Nahyu ‘Anil Mungkar (memerintah untuk berbuat baik dan mencegah untuk
berbuat jahat).
Sedangkan aliran Ahlussunnah wal Jama’ah
didalam alirannya terdapat corak pemikiran islam, yaitu kaum Asy’ariyah dan
kaum Maturidiyah. Diantara keduanya terdapat berpedaan dalam
persoalan-persoalan, yaitu seperti berikut:
1. Tentang
mengetahui Allah di akhirat
2. Tentang
sifat baik dan buruk dalam perbuatan
3. Tentang
perbuatan-perbuatan manusia
4. Tentang
janji dan ancaman
5. Tentang
antro pomorfisme.
Sedangkan terdapat prinsip yang disepakati keduanya dalam
menentang Mu’tazilah yaitu tentang sifat-sifat Tuhan, Al-Qur’an, dan dosa
besar.
Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
1.
Al-Kindi.
Filsafat baginya yaitu pengetahuan tentang benar
(knowledge of truth). Menurut al-Kindi ada persamaan antar filsafat dan agama.
Menurut pendapatnya tentang ketuhana (metafisika) bahwasanya alam itu baru,
karena ada pemulaan waktunya. Sedangkan etika menurut Beliau yaitu tabiat
manusia itu baik tetapi ia selalu digoda oleh nafsu sehingga terjadi konflik.
2. Ar-Rozi
Menurut pendapatnya akal itu diberikan kepada
manusia merupakan anugerah terbesar. Tetapi dalam pemahamannya tentang nabi dan
wahyu, Ia mengingkari karena dianggap sebagai sumber kekacauan bagi manusia
yang telah membawa ajaran yang berbeda.Ia lebih mengutamakan buku-buku filsafat
daripada buku-buku agama.
3. Al-Farabi
Filsafat yang terkenal dari al-Farabi yaitu teori
emanasi, yaitu Tuhan berfikir tentang dirinya dan menghasilkan sesuatu atau
wujud yang kedua dan seterusnya. Tuhan merupakan (wujudul awwal).
Kenabian menurut pendapatnya yaitu, nabi atau
Rasul itu mendapat wahyu karena mempunyai kesanggupan untuk berkomunikasi
dengan wujud kesepuluh, dan itu juga atas anugerah Tuhan dalam emajinasi.
4. Ibnu Sina
Kitab-kitabnya yang menonjol antara lain yaitu:
metafisika, ketuhanan, emanasi, mistik, dan jiwa.
Menurutnya metafisika yaitu memandang “yang ada” sejauh
itu ada, mengarah untuk mengetahui seluruh kenyataan dan dapat dicapai
manusia.”Yang ada” ini ada tiga: wajib ada karena zat-Nya, wajib ada karena
yang lainnya, dan mungkin ada karena yang lainnya.
Sedangkan
teorinya tentang teori emanasi yaitu, pelimpahan terjadi karena adanya tiga
kekuatan berfikir. Akal pertama memunyai dua sifat dan masing-masing akal
sebagai pancaran dari Allah mempunyai tiga obyek pemikiran sekaligus.
5.
Al-Ghozali
Karyanya yang terkenal yaitu Ihya’ ’uluumuddin yaitu
tentang menghidupkan kembali ilmu-ilmu keagamaan.
Ia
membenarkan pemikiran-pemikiran filsafat terdahulu, yaitu ada tiga:
1) Tentang
akal yang kekal dalam arti tidak bermula, sedangkan menurul al-Ghazali Tuhan
lebih dulu adanya daripada alam dan zaman.
2) Tentang
ilmu Tuhan terhadap hal-hal kecil
Al-Ghozali
berpendapat bahwa ilmu merupakan tambahan zat artinya lain daripada zat.
3) Tentang
kebangkitan jasmani
Pendapat Al-Ghozali yaitu kembalinya zat
(organ), badan manusia, sehingga memungkinkan manusia merasakan kebhagiaan
jasmani, jika belum dikembalikan maka belum disebut dibangkitkan.
6. Ibnu
Bajjah
Menurut pendapat Ibnu Bajjah seseorang yang dapat
mencapai puncak ma’rifat jika ia telah melepaskan diri dari keburukan-keburukan
pikiran sedangkan menurut al-Ghozali ilmu pengetahuan itu dari liham. Dan
juga ibnu Bajjah berpendapat bahwa etika atau akhlak itu dilihat dari motif
atau niatnya, yaitu perbuatan yang timbul karena naluri hewani dan perbuatan
yang timbul dari naluri manusiawi.
7. Ibnu
Rusyd
Ibnu Rusyd sependapat dengan aristoteles bahwa Tuhan hanya
mengetahui yang kecil-kecing saja, dengan alasan Tuhan sebagai penggerak yang
merupakan akal murni, sehingga yang diketahui hanya zat yang seimbang. Ibnu
Rusyd juga menjelaskan tentang amal perbuatan Tuhan, keazalian alam, dan akal
universal.
Filsafat pasca Ibnu Rusyd, setelah wafatnya beliau, ilmu filsafat
tidak lagi dikembangkan, walaupun ada tokoh-tokoh seperti, Ibnu Hazmin, Ibnu
Taymiyah, Abdul Wahab, dan Ibnu Kaldun, meskipun mereka sudah tidak diragukan
kembali ilmu pengetahuannya, tetapi mereka bukanlah seorang filosof, bahkan
mereka menentangnya.
Tujuan Filsafat Islam
Para
filosof Islam berpandangan bahwa tujuan filsafat Islam adalah berupaya
mempertemukan dan memadukan akal pikiran manusia dengan wahyu yang berasal dari
Allah karena baik filsafat maupun agama bertujuan untuk mewujudkan kebhagiaan
melalui keyakinan yang benar dan perbuatan yang baik.
Mereka juga berpendapat bahwa pemabahasan
pokok agama dan filsafat adalah sama, sebab membahas tentang hakikat segala
sesuatu. Hal ini berbeda dengan pendapat para ulama agar yang pada umumnya
demikian tidak bersahabat dengan filsafat (Hanafi,
1988: 31-32)
Ilmu
filsafat juga memiliki perna penting dalam Pendidikan Islam karena membahas
filsafat Pendidikan Islam juga akan berfokus pada filsafat apa yang merupakan
inti dari setiap elemen teoritis dan praktis dari semua aspek dan pengetahuan.
Pembahasan Filsafat pada Pendidikan Islam juga perlu dipahami agar dengan bijak
mengaitkannya dengan sekitar dan juga penerapan nya Filsafat Pendidikan Islam
penting dalam melihat masalah sosial. (
Science Direct , Aminuddin Hassan , Asnawati Sugi, dkk , March 24 2010)
Aspek
Filsafat Islam
·
Filsafat
Politik Islam
Menurut
fakta sejarah permasalahan yang pertama muncul dalam Islam, bukanlah tentang
keyakinan, namum justru mengenai politik. Rasulullah saw ketika mulai
menyebarkan agama Islam di Mekkah belum dapat mewujudkan suatu masyrakat yang
kokoh dan mandiri, namun ketika Rasulullah menjadi pimpinan dalam masyarakat
yang dibentuk tersebut, akhirnya menjadi suatu negara dan sampai Rasulullah saw
wafat daerah kekuasaanya melingkupi seluruh jazirah Arabia. Rasulullah saw di
Madinah tidak hanya berkedudukan sebagai Rasul Allah, namun juga sebagai Kepala
Negara (Nasution, 1978:92)
Raslulullah saw diganti oleh orang lain
untuk menimpa umat (agama) setelah beliau wafat, tetapi sebagai Rasul sudah
pasti tidak digantikan oleh siapapun. Rasulullah saw digaanti oleh Abu Bakar
sebagai Khalifah yang pertama, kemudian sesudah Abu Bakar wafat digantikan
dengan Umar Bin Khattab dan kemudian setelah Umar Bin Khattab digantikan oleh
Utsman Bin Affan. (Nasution, 1978 : 92
Para
sahabat rasulullah saw yang diangkat sebagai Khalifah merupakan fakta sejarah
dan jelas cara yang digunakan adalah lebih sesuai digolongkan dalam sistem
pengangkatan Pemerintahan Demokrasi (Nasution,
1978: 96).
Filsafat
politik Islam sebagai kaidah yang mutlak menolak ide pembagian politik yang
mewakili kepentingan-kepentingan pribadi dan golongan yang berebut kekuasaan
dalam perkembangan demokrasi (Boisard,
1980: 369). Negara yang didirikan sesuai dengan teori politik Islam, pada
hakikatnya merupakan satu perwakilan umat manusia di bawah kedaulatan Allah dan
harus tujuan dan maksud Allah dengan berkarya di bumi Allah dalam batas-batas
yang telah ditetapkan oleh-Nya dan sesuai ajaran-ajaran-Nya (Al Maududi, 1983: 53).
·
Filsafat
sosial Islam
Masyarakat Islam berpusat pada manusia
sebagai khalifah Allah di muka bumi yaang bertanggungjawab sebagai yang
anggotanya masing-masing memiliki bagian di dalam Khilafah. Setiap orang dalam masyarakat Islam dapat menikmati
hak-hak dan kedudukan yang sama sebagai wakil Allah di muka bumi, tidak ada
seorangpun melebihi lainnya (Al Maududi,
1983:52-53).
Prinsip-prinsip filsafat sosial
Islam berdasarkan pada keyakinan bahwa seluru umat manusia adalah sama dan
berwujud satu persaudaraan (Ukhuwah
Islamiah). Allah menciptakan seorang manusia sebagai awal dari kehidupan di
bumi dan seluruh umat manusia yang ada di bumi berasal dari pasangan tersebut.
Keturunan dari pasangan tersebut padaawalnya adalah satu kelompok yang memiliki
satu agama dan berkomunikasi dengan satu bahasa tanpa adanya perbedaan di
kalangan mereka. Seluruh perbedaan ini merupakan kehendak Allah, karena mereka
tetap ada dalam alam dunia. Oleh karena itu Islam mengakui mereka sebagai satu
realitas (kenyataan)(Al Maududi, 1983:
62-63).
Konsep
persaudaraan dan persamaan menurut ajaran Islam dapat di tambahkan, bahwa
apabila terdapat perbedaan diantara sesama manusia tidak terdapat pada suku,
bangsa, keturunan, negara, bangsa dan bahasa, tetapi justru terdapat pada
cita-cita keyakinan-keyakinan, dan asas-asas (Al-Maududi, 1983: 63).
Dua
orang anak dari ibu yang sama, meskipun mereka berasal dari satu keturunan,
pasti akan menempuh kehidupan yang berbeda, hal ini dapat terjadi apabila
keyakinan dan perilaku mereka berbeda satu dengan yang lainnya. Islam bertujuan
akan mewujudkan se-masyarakat satu aqidah dan satu cita-cita.
Manusia berupaya dalam masyrakat
yang tidak berdasarkan pada kelahiran, namun satu keyakinan, satu iman dan satu
prinsip moral dan siapa saja, asalkan ia yakin kepada Allah sebagi Rabbul-Alamin (Pencipta Alam Semesta)
dan meyakini Rasulullah saw sebagai Nabi dan Rasul pentup (Al–Maududi, 1983:64).
Kedudukan
sosial juga akan berbeda satu sama lain, meskipun mereka akan mengikat
kebersamaan dalam keluraga umat manusia. Masyarkat Islam menunjukan kepada
masyarakat non Islam berupa hak sosial dan kebudayaan semaksimal mungkin dapat
diberikan berdasarakan ikatan kebersamaan umat manusia (Al-Maududi,1983: 65).
·
Filsafat Etika Islam
Islam mengajarkan bahwa ilmu akhlak atau etika
Islam adalah suatu ilmu pengethuanyang mengajarkan baik dan buruk, suatu ilmu
pengetahuan yang mengajarkan baik dan buruk, berdasarkan ajaran Allah dalam
Al-Quran dan Rassulullah saw dalam sunnahnya. Etika Islam berbeda dengan etika
filsafay, hal ini dikarenakan:
a)
Etika islam menjarkan untuk mendekatkan kepada yang baik dan menjauhkan
dari yang buruk.
b)
Etika islam menegaskan bahwa sumber moral baik dan buruknya perbuatan
berpedoman pada Al-Quran dan Rasulullah saw (As-Sunnah)
c)
Etika Islam memiliki sifat universal dan kompeherensif
d)
Etika Islam berdasarkan pada fitrah (naluri) dan akal pikiranmanusia.
e)
Etika Islam membimbing dan mengajak umat manusia agar berakhlak mulia
dan berusaha meluruskan perilaku manusia dengan berdasarkan pada petunjuk Allah
SWT.
Ibnu Miskawih dikenal sebagai Bapak Etika Islam dan
juga mendapat gelar Guru Ketiga (Al
Muallim Ats Tsalits), sedang Al
Farabi sebagai Guru Kedua (Al
Muallim Ats Tsani) dan
Aristoteles sebagai Guru Pertama (Al
Muallim Al Awwal).
Teori Ibnu Miskawaih tentang etika secara terinci
ditulis dalam kitab Tahdzib
al Akhlaq wa Tathir al A’raq (Pendidikan dan Pembersihan Watak). Etika Ibnu Miskawaih bersumber pada
filsafat Yunani, Perabadaban Persi, ajaran Syari’at Islam pengalaman pribadi.
Teori etika Ibnu Miskawiah beberapa pengaruh:
Plato, Aristoteles, dan Galinus. Ibnu Miskawiah berupaya memadukan ajaran Islam
dengan teori-teori etika dalam filsafat, sesudah memadukan berbagai macam teori
etika dalam filsafat (Basyri,
1983: 14-15).
Ibnu Miskawiah dalam memberikan pengertian etika
Islam mengatakan bahwa etika Islam (akhlaq) bentuk jama’ dari kata khuluq yang berarti perikeadaan jiwa mengajak untuk
melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pemikiran dan perhitungan dengan
kata lain khuluq adalah perihal kejiwaan yang mendorong lahirnya
perbuatan-perbuatan secara spontan. Perikeadaan jiwa tersebut terwujud
pembawaan fitrah manusia semenjak lahir dan hasil latihan membiasakan diri (Basyir, 1983: 15-16).
Al-Quran mengajarkan bahwa orang yang beriman tidak
akan dapat dipercaya sebelum diuji melaui perbuatan dan sesudah berhasil
menyatakan kesetiaan pada keyakinannya. Keyakinan kepada dohma atau keajaiban
tidak akan dapat mengangkat manusia dari derajat yang lebih rendah, demikian
pula keselamatan tidak didapat hanya dengan cara menerima dogma tersebut. (Abdul Hakim, 1986:219).
Islam seperti agama-agama yang lain, menentukan
pendidikan spiritual dan moral hal ini sesungguhnya letak intisari sesuatu
agama. Intisari ajaran agama Islam berkisar pada masalah baik dan buruk,
perbuatan yang buruk akan membawa kepada kesengsaraan, sedang perbuatan yang
baik akan membawa ketentraman dan kebahagiaan. Tujuan dasar ajaran agama Islam
adalah untuk mencegah manusia dari perbuatan buruk dan mendorong untuk
melaksanakan perbuatan-perbuatan baik. (Nasuition,
1978: 51-54).
·
Filsafat Tasawuf Islam
Tasawuf adalah istilah khusus yang digunakan untuk menggambarkan mistisisme dalam Islam. Tujuan mistisisme adalah memperoleh hubungan langsung dengan Allah. Intisari misitisisme termasuk di dalam tasawuf adalah kesadaran terhadap adanaya komunikasi dan dialog antara manusia dengan Allah dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran tersebut kemudian berujud perasaan demikian dekat dengan Allah, isitilah dalam bahasa Arab yaitu, Al Attihad, sedang istilah dalam bahasa Inggris mystical union (Nasution, 1979:71).
Tasawuf adalah istilah khusus yang digunakan untuk menggambarkan mistisisme dalam Islam. Tujuan mistisisme adalah memperoleh hubungan langsung dengan Allah. Intisari misitisisme termasuk di dalam tasawuf adalah kesadaran terhadap adanaya komunikasi dan dialog antara manusia dengan Allah dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran tersebut kemudian berujud perasaan demikian dekat dengan Allah, isitilah dalam bahasa Arab yaitu, Al Attihad, sedang istilah dalam bahasa Inggris mystical union (Nasution, 1979:71).
Tasawuf adalah salah satu cabang filsafat Islam, pada
awalnya bertujuan melakukan zuhud
dari dunia fana, namun oleh karena kebanyakan
terkait dengan bangsa dan negara lain., maka tidak terasa memperoleh pengaruh
kehidupan duniawi Tasawuf
bukanlah ajaran agama.
BAB III Penutup
Kesimpulan
Baik
Filsafat Ilmu maupun Filsafat Islam keduanya sama-sama menggunakan dasar
pemikiran manusia terhadap sesuatu hal yang dijadikan bahan pemikiran yang
menyebabkan orang yang berpikir tersebut menjadi heran dan kagum akan sesuatu
yang dipikirkannya sehingga orang tersebut akan berfilosof.
Daftar Pustaka
1. Dahri Tiam,Sunardji.2015. Historiografi Filsafat Islam.Malang:Intrans
Publishing
2. Widyastini.2007.Filsafat
Islam Abad Tengah Modren Kontemporer. Yogyakarta: Badan Penerbit Filsafat UGM
3. Buku catatan mata kuliah Filsafat Ilmu, Dafa Almas Trisnanda

Tidak ada komentar:
Posting Komentar